Selasa, 25 Juni 2013

Analisis Pertumbuhan EKonomi Indonesia

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Boediono dan para menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II secara mendadak menggelar keterangan pers di ruang sidang kabinet, kantor Presiden, Jakarta, Rabu (12/6) sore, berkaitan dengan situasi perekonomian akhir-akhir ini, utamanya terkait dengan pelemahan mata uang rupiah dan penurunan.
Presiden menegaskan, bahwa apa yang terjadi di Indonesia dalam 3-4 hari terakhir ini, termasuk di kawasan Asia dan bahkan di tingkat dunia, telah kita perkirakan dan telah kita antisipasi. Oleh karena itu, menurut Presiden SBY, saat ini pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan pihak-pihak terkait lain sedang dan terus bekerja untuk mengelola dan mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi sekarang ini.
“Kalau kita ingat apa yang terjadi di negeri kita, situasi yang kita hadapi sekarang ini mirip dangan situasi yang terjadi pada 2005 lalu, utamanya sebelum dilakukan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun itu. Alhamdulillah, permasalahan yang kita hadapi pada 2005 itu dapat kita atasi dengan baik,” ungkap Presiden.

Situasi sekarang ini, lanjut Presiden SBY, juga ada kemiripannya dengan situasi perekonomian kita pada 2008, meskipun secara global tidak seburuk 2008. Presiden berharap, mudah-mudahan perkembangan yang sedang berlangsung sekarang ini sekali lagi  tidak seperti krisis 2008 lalu.
“Pada saat itu berkat kerja keras dan kerjasama kita, ekonomi kita bertahan, dan bahkan bisa tercatat sebagai perekonomian dengan pertumbuhan tinggi pada tingkat dunia,” papar SBY.

Secara Umum Baik

Menurut Presiden SBY, situasi pereknomian kita secara umum dalam keadaan baik. Ekonomi kita dibandingkan 2005 atau 2008 sekarang ini juga jauh lebih kuat. Permasalahan yang kita hadapi inipun Insya Allah akan kita dapat kita kelola dengan baik.

Secara jujur diakui Presiden SBY ada sejumlah permasalahan  yang harus kita atasi, kita mitigasi agar tidak mengganggu keberlanjutan pertumbuhan perekonomian kita. Permasalahan-permasalahan itu sebagai diketahui oleh masyarakat luas, lanjut SBY, adalah memang ada pelemahan terhadap nilai tukar rupiah terhada dollar AS, memang ada pelemahan indek harga saham gabungan (terutama 4-5 hari terakhir), memang juga ada potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi kita.

“Apa yang terjadi itu tidak hanya terjadi di negeri kita, tetapi juga terjadi pada tingkat global, regional, dan juga di banyak negara,” ujar Presiden SBY.
Menurut Presiden SBY ada beberapa hal yang menyebabkan situasi tersebut terjadi, yaitu: pertama, pertumbuhan ekonomi global dipicu terakhir ini oleh kebijakan yang diambil di Amerika Serikat, yaitu yang disebut dengan quantitative easing yang berpengaruh pada likuiditas pada tingkat global, tentu akhirnya berpengaruh pada perekonomian dunia dan Indonesia.
Kedua, publikasi pertumbuhan RRT pada kwartal I, yang memberikan sentimen yang kurang positif pada pasar keuangan global, sehingga terjadi penurunan tajam  bursa saham regional, termasuk juga nilai tukar dari negara-negara di kawasan ini, dimana Bangkok dan Manila mendapatkan pukulan yang berat, dan Jakarta juga mengalami tekanan yang cukup berat.

“Inilah yang sedang kita hadapi, inipula yang sedang kita atasi,” kata Presiden.
Pemerintah, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan juga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), lanjut Presiden SBY, terus bekerja untuk mengelola dalam forum yang telah dibentuk di negeri ini, yaitu Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK).

“Tentu, BI akan lebih pada pengelolaan situasi moneternya, sedangkan pemerintah kita tengah bekerja untuk mengelola situasi fiskal,” jelas SBY.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah Komentar Setelah Mengopi File